Mah mengapa sikapku padamu berbeda, tak seperti sikapmu padaku?
Mah, demi Allah aku mencintaimu. Aku peduli terhadapmu.
Tapi, mengapa sikapku ini berbeda?
Mah, kata orang, cinta tak mengenal fisik. Tapi ketika sakit itu
mendatangimu dan mengubah fisik serta kemampuanmu, mengapa cinta itu
berubah menjadi takut? atau sebenarnya aku khawatir?
Yang aku tau, sakit itu juga mempengaruhi cara pikirmu. Semakin lama,
engkau akan mudah tersinggung, engkau menjadi kekanak2an seperti dulu,
engkau sulit merangkai kalimat dan kehilangan beberapa memori. Padahal
usiamu blm tua. Sabar ya ma, sabar.
Mah, kata orang, cinta tak mengenal fisik. Tapi ketika sakit itu
mendatangimu dan mengubah fisik serta kemampuanmu, mengapa cinta itu
berubah menjadi takut? atau sebenarnya aku khawatir?
Yang aku tau, sakit itu juga mempengaruhi cara pikirmu. Semakin lama,
engkau akan mudah tersinggung, engkau menjadi kekanak2an seperti dulu,
engkau sulit merangkai kalimat dan kehilangan beberapa memori. Padahal
usiamu blm tua. Sabar ya ma, sabar.
Maafkan aku ma, anakmu yg kau jaga sejak dalam kandungan, yg
menyusahkanmu ketika dilahirkan, yg membuat malammu tetap terjaga, dan
mengubah bentuk tubuhmu karena kelahiranku.
Maafkan aku ma yg ketika kecil aku terlalu sering
menangis,memelukmu,dan menarik kedamaian hatimu agar menular padaku
dan membuatku kembali tenang.
Maafkan aku yg beranjak remaja lebih suka berlama-lama di sekolah
menghabiskan waktu dgn teman2ku dan tak mempedulikanmu.
Maafkan aku yg ketika diberi peluang meneruskan belajar dan tinggal
jauh malah lebih banyak menghabiskan waktuku disini, bukan disana
disampingmu, saat kau butuh aku.
Apa karena sekarang aku telah semakin besar dan merasa bisa hidup mandiri?
Maafkan kata-kata ku yg pernah melukaimu, maafkan atas semua lelah
yang engkau korbankan untuk hidupku, maafkan atas semua doa yg engkau
panjatkan namun tidak aku syukuri. maaf mah.
menyusahkanmu ketika dilahirkan, yg membuat malammu tetap terjaga, dan
mengubah bentuk tubuhmu karena kelahiranku.
Maafkan aku ma yg ketika kecil aku terlalu sering
menangis,memelukmu,dan menarik kedamaian hatimu agar menular padaku
dan membuatku kembali tenang.
Maafkan aku yg beranjak remaja lebih suka berlama-lama di sekolah
menghabiskan waktu dgn teman2ku dan tak mempedulikanmu.
Maafkan aku yg ketika diberi peluang meneruskan belajar dan tinggal
jauh malah lebih banyak menghabiskan waktuku disini, bukan disana
disampingmu, saat kau butuh aku.
Apa karena sekarang aku telah semakin besar dan merasa bisa hidup mandiri?
Maafkan kata-kata ku yg pernah melukaimu, maafkan atas semua lelah
yang engkau korbankan untuk hidupku, maafkan atas semua doa yg engkau
panjatkan namun tidak aku syukuri. maaf mah.
Maafkan atas sikapku ketika memaksamu untuk makan, tapi ternyata mulut
dan lidahmu telah terasa berbeda untuk merasakan makanan. Sebenarnya
aku hanya khawatir kau sakit atau lapar.
Maafkan aku yg melarang ketika mama lebih menyukai air jeruk kemasan
drpd air putih karena menurutku lebih sehat, namun sekali lagi. Aku yg
tidak mengerti keadaanmu. Maaf ma, maaf.
Maafkan aku yg setiap pagi dan sore tidak disana untuk menuntun dan
membantumu mandi,membersihkan badan. Maafkan aku yg tidak selalu ada
untuk memasangkan popok dan memakaikan baju. Maafkan aku yg tidak ada
saat matahari pagi dan kau menyukai berada di bawahnya tapi tak ku
penuhi.
Terkadang, aku merasa hatiku ini telah mengeras ketika jelas-jelas air
mataku menetes deras dan bibir ini berkata rindu tapi tubuh ini tak
bergerak mendatangimu.
Alih-alih dalam hati masih ada tugas yang perlu diselesaikan tanpa
berfikir bahwa sebenarnya aku tidak pernah tahu kesempatan kapan lagi
untuk menemuimu.
Lebih sering aku merasa khawatir ketika menyadari bahwa hidup tak
selamanya hidup. Bahwa terkadang esok lebih jauh drpd maut. Aku
khawatir bukan pada dirimu, tp pd diriku. Seberapa kuatnya aku ?
kau selalu meminta maaf karena merasa merepotkan dan selalu tak bisa
membantu. Tapi, memang kenyataannya aku merasakan fase ini lebih awal
drpd yg lain.
Kata dosenku, ketika kita nanti berkeluarga, kita akan mengurus orgtua
yg semakin tua dan membutuhkan bantuan selalu. Tapi nyatanya aku
merasakan itu lebih dini, pada tahap ini.
Sekali lagi ma, ternyata aku hanya khawatir. Khawatir bahwa aku tak
membagi banyak waktu untukmu, khawatir karena tak sepenuhnya ada
merawatmu, khawatir apa nanti setelah perayaan kelulusanku atau bahkan
pernikahanku, aku akan tetap ada untukmu atau memilih pergi jauh
mengikuti pilihanku.
Selebihnya aku khawatir bahwa kapanpun entah engkau ataupun aku akan
lebih dahulu berpulang dan disana saling menunggu.
Tapi tunggu, ada satu yang harus kita akui bahwa "Maa Qadarullah
Khair" bahwa semua takdir Allah adalah baik. Ketika kita percaya,
semestinya khawatir itu juga sirna.
Aku ragu, akankah kau baca tulisanku ini. Tapi yang mesti engkau tahu
ma, aku tak akan menyiakan waktuku (lagi).