September 2015

Pages

Berawal dari Desa, Hiduplah Indonesia Raya


 Assalamualaikum, HAI !
Ini  bukan tulisan iseng aja, tapi tulisan ini untuk memenuhi tugas responsi mata kuliah  minor Sosiologi Pedesaan hehe.
Silahkan dibaca...


Sebagai mahasiswa yang pernah ditolak saat mengikuti open recruitment” kegiatan bina desa, saya jadi merasa sedikit ‘malas’ untuk mendaftar kegiatan yang berhubungan langsung dengan desa. Untuk berbuat baik, kenapa harus diseleksi, kata teman saya. Padahal saat itu kecintaan dan rasa penasaran saya tentang desa lagi besar-besarnya. Makanya untuk pemenuhan tugas ini hanya satu pengalaman yang saya miliki, yang mengantarkan terbukanya pikiran saya akan desa, yaitu kegiatan Bina Cinta Lingkungan yang diadakan wajib oleh TPB IPB semester genap kemarin. Awalnya banyak sekali mahasiswa TPB yang malas ikut karena saat itu hari sabtu atau minggu dan sebisa mungkin digunakan untuk mengerjakan tugas atau istirahat tetapi kata “wajib” mengantarkan kami pada desa.
Desa Purwasari

Saat itu saya dan teman kelas S02 mengunjungi Desa Purwasari yang letaknya tidak terlalu jauh dari kampus IPB Dramaga. Kira-kira satu jam perjalanan kami menempuhnya menggunakan angkutanot yang telah disewakan kampus. Jalan yang kami tempuh beliku, berbatu, dan hanya ada satu lajur untuk angkot, jadi jika ada kendaraan yang lewat berlawanan arah, kendaraan yang kami tumpangi harus bergantian dengan kendaraan lain  yang menyebabkan macet, apalagi jalan yang dilalui menanjak dan menurun dengan kondisi kendaraan angkutan kota yang ami tumpangi penuh terisi oleh dua belas orang termasuk satu supir dan kondekturnya.
Selama perjalanan beberapa teman yang satu angkot dengan saya ada yang tidur karena lamanya perjalanan, tapi banyak dari kami lebih suka menikmati apa yang disajikan jalan. Bagaimana tidak, kanan kami jurang dan kiri kami sawah belum lagi pemandangan jauh didepan adalah birunya gunung, entah gunung apa namanya. Singkat cerita kami sampai di tujuan kami, Desa Purwasari. Begitu turun dari angkot yang saya lihat adalah banyaknya bangku yang sudah terjajar rapi dan beberapa pemimpin desa siap menyambut kami. Kurang lebih jumlah kami, yang mngunjungi  120 orang dan kami dipersilahkan duduk. Ya kami duduk dikusi yang dijajarkan sepanjang jalan dan sekitar puluhan kursi dijejerkan di tempat yang ternyata tempat penampungan sampah dan gerobak-gerobak sampah, pantas saja selama saya duduk, indra penciuman saya mencium bau kurang sedap. Sambutan singkat pimpinan desa dan ucapan selamat datang bagi kami menjadi pembuka.
Tujuan kami ke desa tersebut adalah melihat kondisi desa dan membantu aktivitas warga desa dalam waktu setengah hari. Ya kurang lebih kami disana sekitar delapan jam. Kelompok saya ternyata ditugaskan untuk mmbantu seorang bapak yang berprofesi sebagai petugas kebersihan di desa tersebut. Okelah kami masing-masing memegang satu karung kosong. Bapak tersebut mengajak kami kerumah warga yang paling dekat dari tempat kami berdiri dan mengangkut sampah dari rumah tersebut. Tidak seperti yang saya bayangkan ternyata setiap kami memenuhi karung kami dengan sampah, kami angkut karung tersebut ke tempat kami berdiri di awal. Jadi pengangkutan sampah tidak dilakukan dengan bantuan gerobak sampah apalagi mobil kecil petugas kebersihan yang saya tahu seperti di tempat saya tinggal.
Saya jadi membayangkan beratnya pekerjaan bapak petugas kebersihan. Belum lagi jalan yang mendaki dan menurun dari rumah satu warga ke rumah warga yang lain. Beberapa keluhan yang saya dengar dari bapak petugas kebersihan yaitu :
1.      Kurangnya kesadaran masyarakat akan kebersihan lingkungannya sendiri. Masyarakat masih banyak yang belum sadar akan pentingnya kebersihan lingkungan, masih banyak yang buang sampah sembarangan khususnya di beberapa RT sehingga membuat bapak dua kali kerja, mengangkut sampah dan menyapu tempat yang terdapat sampah itu.
2.      Keluhan lain adalah sistem pembayaran yang didapatkan bapak petugas kebersihan. Jadi sebelumnya tidak ada petugas kebersihan yang resmi diangkat oleh pemimpin desa atau Kepala Desa. Kurang lebih baru tiga bulan ini bapak bekerja sebagai petugas kebersihan, masalah pembayaran atau gaji ternyata merupakan uang patungan warga dan bukan dari pemerintah desa. Masalahnya pembayaran yang seringkali terlambat bahkan petugas keamanan yang bertugas di Purwasari sudah tiga bulan tidak mendapat pembayaran akan kinerjanya.
3.      Keluhan terakhir akan kurangnya personil. Misalnya di petugas kebersihan hanya ada satu orang yang bekerja di satu desa, jelas memberatkan karena dilihat dari jumlah sampah yang terkumpul tiap hari dan kurangnya prasarana kebersihan yang memadai.
Ketika semua sampah terkumpul, kami membawa ke tempat pengumpulan sampah. Ternyata disana ada gerobak sampah yang merupakan sumbangan dari IPB atau bantuan dari Pemerintah Daerah Jawa Barat kalau saya tidak salah, tetapi gerobak itu tidak bisa digunakan untuk mengankut sampah ke tempat warga dikarenakan akses yang tidak memadai. Jalan antar rumah warga kecil dan sulit dilewati gerobak sampah jadi prasarana yang aa tidak digunakan maksimal.
Saya juga mengobrol dengan warga mengenai pekerjaan penduduk, pendidikan anak-anak, kondisi perekonomian penduduk, dan lingkungan. Saya mendapatkan info bahwa penduduk setempat bekerja bisa dilihat dari umurnya. Misalnya orang tua yang umurnya diatas empat puluh tahun mayoritas bekerja sebagi petani, umur dibawahnya yaitu anak-anak dari para petani tersebut bekeja di pabrik atau penjaga toko yang ada disekitar desa. Mengenai pendidikan, penduduk desa yang bekerja sbagai petani banyakyang tidak lulus SD, asalkan bisa membaca dan menulis katanya. Anak-anak mereka kebanyakan lulus SMP dan SMK. Ketika saya tanyakan apakah pendapat bapak kalo anak bapak ingin lanjut belajar sampai perguruan tinggi. Jawaban bapak itu “yaaah neng, uangnya darimana? Kuliah mahal, mau kuliah mesti pinter, saingannya banyak”. Saat itu saya menjawab “saya kuliah gratis pak, bahkan mendapat uang saku tiap semesternya dari pemerintah karena kondisi ekonomi keluarga saya kurang mampu, di kampus saya, IPB banyak mahasiswa beasiswanya pak. Tenang aja, asal rajin belajar sama semangat anak bapaknya. Bapak juga harus ngedukung anak bapak”. “ooh bisa seperti itu ya neng? Waaahh nanti saya bilang deh ke anak saya biar rajin belajar. Saya mah sebagai orangtua hanya bisa berdoa dan mendukung”.
Membahas kondisi perekonomian penduduk, ternyata penduduk desa Purwasari yang bekerja sebagai petani dan pembudidaya ikan adalah hanya sebagai pekerja bukan pemilik sawah ataupun kolam ikan tersebut. Info yang saya dapat, pemilik sawah dan kolam adalah “orang Jakarta” ternyata kolam dan sawah itu awalnya punya warga tetapi lama-kelamaan karena mungkin harga tanah yang semakin mahal jadilah warga menjual tanah tersebut ke orang yang sering berkunjung ke Desa Purwasari itu. Mereka mengetahui bahwa pemilik dari sawah, kolam dan sumber-sumbr mata pencaharian yang berhubungan dengan alam dimiliki oleh orang berada tersebut. Mereka hanya menggarap dan mendapat upah beberapa persen dari pendapatan penjualan hasil garapan mereka.
Kondisi lingkungan yang saya amati dari desa ini adalah adanya sumber air bersih yang terpusat di satu tempat. Air bersih ini digunakan untuk seluruh keperluan warga seperti memasak, minum, mencuci, dan mandi. Ada seorang ibu yang sedang mencuci ditempat itu saya ajak mengobrol. Ternyata belum ada pipa yang mengalirkan airi ini ke setiap rumah warga, jadi warga mau tidak mau harus mengambil air dari pusat ini. Air yang terpusat di tempat itu disedot menggunakan mesin pompa yang penggunaannya dan perawatannya bersama. Setelah ibu tadi selesai mencuci, kelompok kami membantu membawa ember berisi cucian bersih yang telah dicuci. Jumlahnya ada tiga ember penuh dan itu dibawa ibunya sendiri setiap mncuci. Jarak pusat air tempat mencuci tadi kurang lebih dua ratus meter dengan arah menanjak ke rumah ibu tadi. Bisa dibayangkan bagaimana ibu-ibu disana mengguakan tenaga yang cukup besar.
Kondisi lingkungan yang saya amati lagi adalah ada satu kolam di sekitar rumah Pak RW yang diatasnya ada kandang ayam. Saya teringat materi kuliah Pengantar Ilmu Pertanian yang dapat mengkolaborasikan fungsi antara aspek satu dan yang lainnya. Ternyata di desa tersebut ilmu itu sudah diterapkan. Satu lagi adanya bangunan dari bambu yang menurut warga adalah tempat yang dibuat oleh mahasiswa IPB, saya lupa namanya, tapi tempat itu sebagai tempat pengolahan sampah yang terkumpul di desa tersebut. Disana juga ada pelatihan dari mahasiwa tentang pengolahan limbah organik menjadi pupuk dan non-organik menjadi bahan yang dapat digunakan selanjutnya sehingga mengurangi volume sampah yang dibuang percuma.

Kami dan anak-anak Desa Purwasari yang sama gemesinnya

Oh yaaa, selama kami membantu bapak petugas kebersihan sampai kami selesai mengerjakan tugas kami disana, kami diikuti oleh beberapa anak-anak kecil berumur empat sampai tujuh tahun. Ada sekitar enam orang anak yang ikut terus dengan kami. Mereka senang katanya ada kunjungan seperti ini. Mereka ikut berfoto, mereka tidak sungkan untuk meminta gendong ketika lelah, keceriaan, senyum, dan semangat mereka menggambarkan potensi daerah mereka.
Sebelum kami berkumpul dengan semua anggota kelas kami, anak-anak tersebut menunjukkan kami bahwa ada sungai didekat kami sekarang. Ajakan itu langsung kami sambut baik. Dekat ternyata jaraknya, hanya sekitar seratus meter dari pusat penampungan air tadi. Sungai tersebut banyak terdapat batuan besar dan arus yang deras. Seketika anak-anak itu melepas alas kaki dan langsung berpindah dari satu batu ke batu lain. Saya yang melihat hanya bisa teriak melarang, khawatir anak-anak itu terjatuh karena licinnya batu, tetapi teman saya yang masa kecilnya seperti itu mengingatkan kalau mereka sudah biasa, jadi tenang saja.
Kami terpaksa menyudahi main basah-basahan di sungai mengingat waktu yang terbatas dari rundown kegiatan. Anak-anak itu meminta gendong sampai rumah dan yaaa rasanya lelah ditambah berat pundak ini menggendong mereka tapi kami menikmati. Kami antar mereka sampai rumah dan kami kembali berkumpul dengan sluruh kelompok.
Disana sudah tersedia makanan berupa nasi, ikan, lalap, tempe tahu, sayur yang sengaja dibuatkan oleh warga untuk kami mahasiswa yang datang. Ikan yang diambil dari kolam dan langsung dimasak jelas kesegarannya. Kami menikmati makanan bersama warga dan kepala desa, serta petugas kebersihan dan keamanan.
Secara keseluruhan yang saya dapatkan dari desa Purwasari adalah keramahan dan sopan santun penduduknya. Pemandangan alam yang ditampilkan juga luar biasa mengindahkan mata. Selarasnya lingkungan sosial dan alam yang tersaji dari Desa Purwasari ini mengingatkan saya bahwa potensi besar ini dapat dikembangkan. Pengembangan utama yang dapat dilakukan adalah dari segi pendidikan. Jika di Jakarta tempat asal saya, sekolah dasar sampai menengah atas sudah dibebaskan biaya, seharusnya desa juga bisa mendapat hak seperti itu juga. Saya lihat disana ada satu bangunan yang ernyata adalah skolah Pendidikan Anak Usia Dini yang diasuh langsung oleh Departemen IKK, IPB. Sekolah PAUD tersebut juga menggunakan tenaga dari warga desa yang memiliki potensi dalam mengajar dan mendidik. Setidaknya satu gerakan sudah dimulai.
Akses ke sekolah terdekat yang saya dapatkan adalah kurang lebih tiga kilometer, anak-anak harus jalan atau menggunakan angkot setiap bersekolah. Nah untuk memudahkan sebaiknya dilakukan perbaikan jalan dan pembuatan jalan alternatif berupa jembatan yang menghubungkan dua desa yang dipisahkan oleh sungai karena lokasi sekolah yang sudah ada berada di desa sebelah yang harus ditempuh dengan memutar jalan jauh jika tidak adanya jembatan.
Dari segi perekonomian penduduk, menurut saya sawah dan kolam yang dimiliki “orang Jakarta” tersebut harus jelas pembagian hasilnya. Mereka bisa mendapatkan bibit terbaik untuk ikan dan padi dari pemerintah seharusnya, bukan beli dari pemiliktersebutyang jatuhnya memberatkan penduduk. Koperasi desa, program-program pemerintah daerah yang berbasis kewirausahaan wajib dikembangkan di desa, agar terciptanya masyarakat desa yang berdaya. Pelatihan beternak, berkebun, mengolah sumberdaya, pengemasan, pemasaran juga harus diperhatikan.
Jika pelatihan dan pengontrolan kegiatan penduduk telah berjalan dengan baik, saya yakin kondisi lingkungan yang berkelanjutan dapat mengikuti selaras kemajuan desa tersebut. Jika masyarakat sudah mandiri dalam menghidupi dirinya, desa sudah berdaya, pemerintahan teratur melakukan kewajiban dan haknya, hasilnya Indonesia yang sedang berkembang ini bisa menjadi negara maju.

Hidup Pertanian Indonesia.
Hidup Rakyat Indonesia.
Hidup Indonesia.


Catatan Kecil Kuliah Kedua Perilaku Konsumen


Rizky Amalia
I24140067

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen



Perilaku Konsumen IKK233 (Costumer Behaviour Class)
Department of Family and Costumer Sciences ( www.ikk.fema.ipb.ac.id )
College of Human Ecology ( www.fema.ipb.ac.id )
Bogor Agricultural University / IPB ( www.ipb.ac.id )

Dosen :

Dr. Ir. Lilik Noor Yulianti, MFSA
Dr. Ir. Megawati Simanjuntak, MS
Ir. MD Djamaluddin, M. Sc
Ir. Retnaningsih, MS


Text Book :
Ujang Sumarwan. 2011. Perilaku Konsumen: Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran. Jakarta : PT Ghalia lndonesia


Buku Perilaku Ilmu Konsumen : Teori dan Penerapannya dalam Pemasaran
 Karya Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc



Kuliah kedua mata kuliah Perilaku Konsumen (Perilkon) ini dibimbing oleh Pak. Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M.Sc yang tidak lain adalah Ketua Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen. tepatnya Senin pagi 14 September 2015, Pak Ujang sudah berada di kelas setengah jam sebelum perkuliahan dimulai. Kesan pertama yang saya dapat setelah melihat Pak Ujang menurut saya beliau adalah orang yang wise, penuh cerita, mudah berbagi pengalaman, dan pastinya bijaksana.
Materi yang saya terima di kuliah kedua ini mengenai Motivasi, saya pernah dapat juga matakuliah Pengantar Psikologi yang membahas tentang Motivasi, ternyata tidak terlalu berbeda.

MOTIVASI
Motivasi muncul karena adanya kebutuhan yang dirasakan oleh konsumen. Kebutuhan muncul karena konsumen merasakan ketidaknyamanan antara yang seharusnya dirasakan dan sesungguhnya dibutuhkan.

Kebutuhan dan keinginan yang tidak terpenuhi menghasilkan tekanan pada diri untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut. Disisi lain proses belajar dan proses kognitif juga mempengaruhi perilaku seseorang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan tersebut.

Kebutuhan ada yang berasal dari dalam diri dan ada juga dari luar (lingkungan), selain itu juga ada primarily needs dan secondary needs. 

Jika kita mengetahui motivasi yang ada dalam diri kita, artinya kita mempunyai tujuan. Tujuan adalah suatu cara untuk memenuhi kebutuhan. 
Nah, tujuan dibagi dua kategori, yaitu :

1. Tujuan Umum : Kategori umum dari tujuan yang dipandang sebagai cara untuk memenuhi kebutuhan.
Contoh paling mudah dari tujuan umum misal kamu mau menghilangkan rasa haus, pastinya yang kamu lakukan adalah mengambil air dan meminumnya (tidak memikirkan merek dari air minum tersebut)

2. Tujuan produk Khusus : Produk atau jasa dari merek tertentu yang dipilih oleh konsumen sebagai tujuannya.
Contohnya kita ambil dari kasus di contoh tujuan umum. Ketika kamu merasa haus dan mengambil air untuk minum kamu harus minum dengan satu minuman bermerek tertentu. nah pemilihan produk khusus ini yang merupakan contoh dari tujuan produk khusus. 

Teori kebutuhan Maslow yang berjenjang, terbagi menjadi lima tingkatan yaitu
1. Kebutuhan fisiologis
2. Kebutuhan akan rasa aman
3. Kebutuhan Sosial
4. Kebutuhan ego
5. Aktualisasi diri

Teori Motivasi Mc.Clelland membagi kebutuhan menjadi tiga, yaitu :
1. kebutuhan sukses
2. kebutuhan afiliansi
3. kebutuhan kekuasaan

Ada dua aplikasi dari teori motivasi yaitu segmentasi dan positioning. segmentasi merupakan produk dan jasa yang dipasarkan dapat diarahkan untuk target pasar berdasarkan tingkat kebutuhan. sedangkan positioning merupakan citra produk atau jasa yang diinginkan konsumen.