Masa Remaja: Pencarian Jati Diri dan Perilaku Kontrol Diri

Pages

Masa Remaja: Pencarian Jati Diri dan Perilaku Kontrol Diri

             Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal dua puluhan. Sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, banyak perubahan pada diri remaja. Oleh karena itu, remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagaimana seperti yang dikatakan Sumarwi Astuti (2008) manusia di masa remaja dituntut harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial mulai dari lingkungan keluarga, teman, sekolah dan masyarakat.
sumber : republika.co.id
Salah satu ciri remaja menurut Hurlock (1992) yaitu memiliki status yang belum jelas karena sudah tidak dianggap anak-anak tetapi juga bukan seorang  dewasa. Masa remaja juga dalam masa perubahan emosi, fisik, minat, nilai yang dianut, keinginan dan kebebasan. Selain itu, masa pencarian identitas diri untuk menjelaskan siapa dirinya sesungguhnya.
 Masa remaja juga rawan mengalami permasalahan psikologis dan sosiologis. Seperti yang diungkapkan Potter dan Perry (2009) ketakutan pada remaja berpusat pada penerimaan kelompok sebaya, perubahan tubuh, hilangnya pengendalian diri, dan munculnya dorongan seksual. Adanya kelainan yang nyata dan tidaknya menyebabkan remaja merasakan kekhawatiran yang terus menerus. Dan ketakutan yang timbul menyebabkan remaja cenderung berperilaku kurang baik. Perilaku tersebut seperti mencoba perilaku yang dapat menganggap atau menggambarkan bahwa mereka telah menyerupai orang dewasa agar diterima tema sebayanya, seperti merokok, minum alkohol, berkelahi, menggunakan obat terlarang sampai pada perilaku seks.

 Sedangkan bagian dari perilaku menyimpang pada remaja yaitu kenakalan remaja. Menurut Santrock (2002) menyatakan kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindakan-tindakan kriminal. Kenakalan remaja salah satunya digambarkan sebagai kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam berperilaku.

Kenakalan remaja merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, dan nilai-nilai yang berlaku dan diterima masyarakat. Remaja yang melakukan perbuatan yang termasuk dalam kenakalan remaja ini menjadi permasalahan sosial di masyarakat sehingga dapat menyebabkan rusaknya masa depan baik dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan sekitar bahkan merusak masa depan bangsa. Soetjiningsih (2004) telah membagi permasalahan remaja menjadi tujuh kategori, yaitu: (1) terganggunya nutrisi, (2) penggunaan obat terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4) masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan.

Permasalahan besar yang muncul akibat perilaku menyimpang ini, salah satunya adalah kehamilan di usia remaja. Kehamilan di usia remaja disebabkan oleh salah satunya perilaku seks sebelum menikah. Ini mencerminkan perilaku seks yang dilakukan ketika belum ada kesiapan fisik, mental, dan tanggung jawab atas resiko yang ditimbulkan oleh pasangan muda. Belum siap mengandung, melahirkan, dan merawat bayi bagi remaja perempuan. Begitupun dengan remaja lelaki yang juga belum siap dalam mencari nafkah, dan menghidupi keluarga. Menurut data Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan.
 
sumber : kepri.bnn.co.id
Ditingkat nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana hasil release penelitan yang dikemukakan oleh bkkbn online, sekarang ini setiap hari ada seratus remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36000 janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan.

Kenakalan ramaja lainnya adalah penyalahgunaan narkoba psikotropika dan zat adiktif lainnya. Setiap tahun jumlah pengguna narkotika selalu meningkat mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Jumlah remaja pelajar dan mahasiswa yang menggunakan obat terlarang menurut data Badan Narkotika Nasional sebanyak 1.037.682. jumlah tersebut merupakan 32 persen dari jumlah pengguna narkotika keseluruhan pada tahun 2012. Remaja yang menyalahgunakan narkotika awalnya didasari oleh rasa ingin tahu yang besar dan harapan agar diterima dalam kelompoknya. Sebelumnya mereka telah mengonsumsi rokok dan meminum minuman keras. Berikutnya , narkotika menjadi tantangan yang dirasa mesti “dicoba” oleh pelaku kenakalan remaja.


Remaja yang termasuk dalam pelaku kenakalan remaja menampilkan diri bahwa mereka sedang mencari jati diri dan merasa menemukan diri mereka sesungguhnya. Padahal sebenarnya mereka sedang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas ini menurut Erikson (1968) ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri. Akibatnya ia pesimis untuk menghadapi masa depannya.


Setiap permasalahan pasti memiliki jalan keluar. Begitupun dengan permasalahan kenakalan remaja di sekitar kita ini. Dari mulai diri remaja tersebut, anggota keluarga, masyarakat sampai lembaga terkait dan pemerintah berperan penting dalam mewujudkan masa remaja yang gemilang. Masa remaja yang diisi dengan pencarian jati diri menurut minat dan bakat. Penemuan identitas diri secara positif. Dan menjadikan masa remaja sebagai masa melatih untuk kontrol diri.

sumber : helobogor.com
Kontrol diri diartikan sebagai salah satu mekanisme yang dapat mengatur serta mengarahkan individu tersebut dalam berperilaku, bagaimana bentuk perilaku tersebut membawa ke arah yang positif atau sebaiknya membawa ke perilaku negatif.  Kontrol diri juga merupakan membatasi diri dari kepuasan sesaat. Membatasi diri dapi perbuatan yang melanggar norma dan nilai. Kontrol diri juga mengarahkan agar manusia bisa memikirkan berulang-ulang perilaku yang akan ia lakukan.

Remaja yang sudah belajar dan menerapkan kontrol diri selanjutkan akan  menjadi remaja yang dapat mencapai tugas perkembangan hidupnya. Gunarsa D (2003) menyatakan tugas perkembangan masa remaja adalah memperluas hubungan pribadi, berkomunikasi secara lebih dewasa, memperoleh peranan sosial di keluarga maupun masyarakat, menerima kondisi fisiknya, memperoleh kebebasan emosional dari sekitarnya, mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan, membentuk sistem nilai moral dan falsafah hidup.

Dimana saat masa remaja, manusia cenderung menginginkan kemandirian dan kebebasan dalam mengeksplor potensi diri. Saat itu juga ketergantungannya terhadap orang tua mulai berkurang. Maka dari itu, orang tua sebagai pengasuh utama memiliki tanggung jawab untuk mengawasi anak remaja mereka dengan komunikasi yang efektif. Membangun rasa saling percaya dan memberi tanggung jawab kepada anak remajanya. Mengarahkan pada bakat yang dimiliki dan minat yang disukai anak tersebut. Menerapkan komunikasi yang terbuka tanpa adanya perselisihan dan pertentangan antar pendapat. Orang tua juga harus mengenal lingkungan anak remajanya bergaul, teman dan guru di sekolahnya, dan lingkungan eksternal tempat anak remaja banyak menghabiskan waktu.
sumber : keluargamuslim.org

Dalam berhadapan dengan remaja, orang tua juga sebaiknya mengikutsertakan saudara kandung anak remaja yang lain, seperti kakak kandung dan sepupunya. Seperti ketika berhadapan dengan teman sebaya, guru yang sulit dan hal tabu seperti seks, saudara kandung bisa lebh berpengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap remaja dibandingkan orang tua. (Santrock, 2003).

Dalam perkembangannya yang mulai tidak tergantung dengan orang tua, remaja mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya atau peer group. Soetjiingsih (2004) menyatakan hubungan yang berlangsung buruk dengan kelompok sosial pada remaja dan penolakan dari teman sebaya dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Sebaliknya jika remaja dan kelompok pertemanannya dapat membangun konsep diri yang positif akan menjadikan kekuatan utama dalam diri remaja tersebut.

Sehingga dalam penerapan kehidupan di masa remaja, perilaku kontrol diri dan tanggung jawab serta perencanaan kehidupan selanjutnya sangat dibutuhkan bagi remaja yang sedang mencari jati dirinya. Disamping itu dukungan orang tua, saudara, lingkungan pertemanan sehari-hari sangat berpengaruh pada pencapaian tugas perkembangan remaja dan kesiapan remaja dalam menjalankan kehidupan di masa mendatang sesuai bakat dan minatnya.

Rizky Amalia
Mahasiswa Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen
Institut Pertanian Bogor
Bogor, 19 September 2016
19:47 WIB







Tidak ada komentar :