Habis Gelap Terbitlah Terang ala Pak Rektor

Pages

Habis Gelap Terbitlah Terang ala Pak Rektor



Selasa lalu kelas praktikum pemasaran sosial, diarahkan untuk mengikuti seminar di auditorium rektorat IPB. awalnya kami tidak mengetahui untuk mengikuti acara apa, tetapi kabar yang kami cerita hanya seminar hatu jam lebih dekat dengan Pak Rektor, tetapi ternyata......

Seminar berjudul Satu Jam Bersama Rektor IPB diselenggarakan oleh Agrianita untuk memperingati hari kartini. Pelaksanaan tahun ini merupakan yang kesepuluh. Seminar ini merupakan kegiatan puncak, yang mana rangkaian kegiatan berupa bazaar, cek kesehatan gratis seperti cek gula darah, kolesterol, papsmear untuk deteksi kanker serviks, dan tes kesehatan mamografi yaitu deteksi kanker payudara sejak dini. Seminar satu jam bersama pak rektor tentunya mengundang bintang tamu Bapak Prof. Dr. Ir. Herry Suhardiyanto M.Sc. sebagai rector IPB, dan Ketua Agrianita adalah istri Bapak Rektor, yaitu Ibu Eni Suhardiyanto. Seminar yang dihadiri oleh ibu-ibu anggota agrianita, para dekan yang berjumlah enam orang, ibu-ibu sekitar kampus, mahasiswa dan undangan lainnya ini dimoderatori oleh Ibu Ir. Lin Herlina M.Sc.
Ibu Ir. Lin Herlina sebagai perempuan yang aktif sebagai Direktur Pengembangan Karir dan Alumni IPB ini merupakan sosok yang enerjik, bersahabat, dan mampu membawa seminar berjalan dengan sukses. Ibu Lin Herlina memulai pertanyaan kepada Pak Rektor dengan menanyakan kesannya terhadap Kartini. Kartini sebagai sosok pejuang wanita yang mana saat zamannya sangat sulit informasi didapatkan, dengan sedikitnya informasi tetapi mampu berjuang maksimal hingga buku yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang mampu menginspirasi banyak orang. Pak Rektor menjelaskan bahwa judul buku tersebut terinspirasi dari ayat Al-Qur’an yang berbunyi “Minadz dzulumati ilan nuur” yang artinya sesungguhnya setelah kegelapan terbit cahaya. Maksudnya dari hal-hal yang buruk menuju kebaikan setiap waktunya. Jika hari kemarin buruk maka hari ini baik, dan besok lebih baik, begitu seterusnya. Jika tidak maka kerugian yang akan diperoleh.
Berbicara mengenai habis gelap terbitlah terang, maka di sana terdapat proses perubahan yang bisa artikan sebagai transformasi. Transformasi ini harus selalu bersifat konsisten dan penuh dengan gagasan-gagasan baru yang biasa disebut inovasi. Begitu pun IPB Selma sepuluh tahun kepemimpinan  Pak Herry Suhardiyanto. Mulai dari peringkat IPB di dunia, tahun 2014 yang masuk dapat 200 peringkat dunia, dan tahun selanjutnya yaitu 2015 tembus dalam 150 besar universitas dunia. Dan yang lebih dibanggakan lagi tahun 2016 masuk dalam 100 unuversitas terbaik dunia dalam bidang pertanian dan kehutanan di tahun 2016. Ini semua tidak lepas dari inovasi yang selalu dilakukan civitas IPB.
Semua aspek terus menerus dievaluasi, mulai dari penerimaan mahasiswa, kegiatan perkuliahan, kehidupan kampus, riset-riset yang dilakukan sampai pada komersialisasi hasil penelitian yang dilakukan civitas akademika IPB. IPB juga memberikan pelayanan maksimal dengan menerima mahasiswa dari seluruh Indonesia dengan satu per tiga mahasiwa IPB adalah penerima beasiswa. Meskipun dua per tiga mahasiswa IPB yang tidak menerima beasiswa, semua mahasiswa IPB menerima keringanan biaya. Seperti seharusnya rata-rata mahasiswa pertahun membayar sekitar Rp 36.900.000 tetapi range UKT yang diterapkan IPB dari Rp1.000.000 sampai dengan Rp24.000.000 per tahunnya. Ini mengartikan bahwa IPB sangat mendukung semua siswa-siswi berprestasi dari seluruh Indonesia dan tidak perlu takut untuk melanjutkan kuliah di IPB. Sehingga prinsip Kartini “Habis Gelap Terbitlah Terang” dapat terus menerangi dan menyemangati civitas akademika IPB untuk terus berkarya dan berinovasi untuk negeri.

Tidak ada komentar :