September 2016

Pages

Masa Remaja: Pencarian Jati Diri dan Perilaku Kontrol Diri

             Masa remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan atau awal dua puluhan. Sebagai masa peralihan dari anak-anak menuju dewasa, banyak perubahan pada diri remaja. Oleh karena itu, remaja harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagaimana seperti yang dikatakan Sumarwi Astuti (2008) manusia di masa remaja dituntut harus dapat menyesuaikan diri terhadap lingkungan sosial mulai dari lingkungan keluarga, teman, sekolah dan masyarakat.
sumber : republika.co.id
Salah satu ciri remaja menurut Hurlock (1992) yaitu memiliki status yang belum jelas karena sudah tidak dianggap anak-anak tetapi juga bukan seorang  dewasa. Masa remaja juga dalam masa perubahan emosi, fisik, minat, nilai yang dianut, keinginan dan kebebasan. Selain itu, masa pencarian identitas diri untuk menjelaskan siapa dirinya sesungguhnya.
 Masa remaja juga rawan mengalami permasalahan psikologis dan sosiologis. Seperti yang diungkapkan Potter dan Perry (2009) ketakutan pada remaja berpusat pada penerimaan kelompok sebaya, perubahan tubuh, hilangnya pengendalian diri, dan munculnya dorongan seksual. Adanya kelainan yang nyata dan tidaknya menyebabkan remaja merasakan kekhawatiran yang terus menerus. Dan ketakutan yang timbul menyebabkan remaja cenderung berperilaku kurang baik. Perilaku tersebut seperti mencoba perilaku yang dapat menganggap atau menggambarkan bahwa mereka telah menyerupai orang dewasa agar diterima tema sebayanya, seperti merokok, minum alkohol, berkelahi, menggunakan obat terlarang sampai pada perilaku seks.

 Sedangkan bagian dari perilaku menyimpang pada remaja yaitu kenakalan remaja. Menurut Santrock (2002) menyatakan kenakalan remaja mengacu pada suatu rentang perilaku yang tidak dapat diterima secara sosial, pelanggaran, hingga tindakan-tindakan kriminal. Kenakalan remaja salah satunya digambarkan sebagai kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri yang cukup dalam berperilaku.

Kenakalan remaja merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, dan nilai-nilai yang berlaku dan diterima masyarakat. Remaja yang melakukan perbuatan yang termasuk dalam kenakalan remaja ini menjadi permasalahan sosial di masyarakat sehingga dapat menyebabkan rusaknya masa depan baik dirinya sendiri, keluarganya, lingkungan sekitar bahkan merusak masa depan bangsa. Soetjiningsih (2004) telah membagi permasalahan remaja menjadi tujuh kategori, yaitu: (1) terganggunya nutrisi, (2) penggunaan obat terlarang, (3) terganggunya kesehatan jiwa, (4) masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang terkait dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan karena hubungan seks, dan (7) trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan.

Permasalahan besar yang muncul akibat perilaku menyimpang ini, salah satunya adalah kehamilan di usia remaja. Kehamilan di usia remaja disebabkan oleh salah satunya perilaku seks sebelum menikah. Ini mencerminkan perilaku seks yang dilakukan ketika belum ada kesiapan fisik, mental, dan tanggung jawab atas resiko yang ditimbulkan oleh pasangan muda. Belum siap mengandung, melahirkan, dan merawat bayi bagi remaja perempuan. Begitupun dengan remaja lelaki yang juga belum siap dalam mencari nafkah, dan menghidupi keluarga. Menurut data Pusat Studi Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan.
 
sumber : kepri.bnn.co.id
Ditingkat nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana hasil release penelitan yang dikemukakan oleh bkkbn online, sekarang ini setiap hari ada seratus remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36000 janin dibunuh oleh remaja dari rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia saat ini, sangatlah memprihatinkan.

Kenakalan ramaja lainnya adalah penyalahgunaan narkoba psikotropika dan zat adiktif lainnya. Setiap tahun jumlah pengguna narkotika selalu meningkat mulai dari anak-anak sampai orang dewasa. Jumlah remaja pelajar dan mahasiswa yang menggunakan obat terlarang menurut data Badan Narkotika Nasional sebanyak 1.037.682. jumlah tersebut merupakan 32 persen dari jumlah pengguna narkotika keseluruhan pada tahun 2012. Remaja yang menyalahgunakan narkotika awalnya didasari oleh rasa ingin tahu yang besar dan harapan agar diterima dalam kelompoknya. Sebelumnya mereka telah mengonsumsi rokok dan meminum minuman keras. Berikutnya , narkotika menjadi tantangan yang dirasa mesti “dicoba” oleh pelaku kenakalan remaja.


Remaja yang termasuk dalam pelaku kenakalan remaja menampilkan diri bahwa mereka sedang mencari jati diri dan merasa menemukan diri mereka sesungguhnya. Padahal sebenarnya mereka sedang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas ini menurut Erikson (1968) ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri. Akibatnya ia pesimis untuk menghadapi masa depannya.


Setiap permasalahan pasti memiliki jalan keluar. Begitupun dengan permasalahan kenakalan remaja di sekitar kita ini. Dari mulai diri remaja tersebut, anggota keluarga, masyarakat sampai lembaga terkait dan pemerintah berperan penting dalam mewujudkan masa remaja yang gemilang. Masa remaja yang diisi dengan pencarian jati diri menurut minat dan bakat. Penemuan identitas diri secara positif. Dan menjadikan masa remaja sebagai masa melatih untuk kontrol diri.

sumber : helobogor.com
Kontrol diri diartikan sebagai salah satu mekanisme yang dapat mengatur serta mengarahkan individu tersebut dalam berperilaku, bagaimana bentuk perilaku tersebut membawa ke arah yang positif atau sebaiknya membawa ke perilaku negatif.  Kontrol diri juga merupakan membatasi diri dari kepuasan sesaat. Membatasi diri dapi perbuatan yang melanggar norma dan nilai. Kontrol diri juga mengarahkan agar manusia bisa memikirkan berulang-ulang perilaku yang akan ia lakukan.

Remaja yang sudah belajar dan menerapkan kontrol diri selanjutkan akan  menjadi remaja yang dapat mencapai tugas perkembangan hidupnya. Gunarsa D (2003) menyatakan tugas perkembangan masa remaja adalah memperluas hubungan pribadi, berkomunikasi secara lebih dewasa, memperoleh peranan sosial di keluarga maupun masyarakat, menerima kondisi fisiknya, memperoleh kebebasan emosional dari sekitarnya, mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan, membentuk sistem nilai moral dan falsafah hidup.

Dimana saat masa remaja, manusia cenderung menginginkan kemandirian dan kebebasan dalam mengeksplor potensi diri. Saat itu juga ketergantungannya terhadap orang tua mulai berkurang. Maka dari itu, orang tua sebagai pengasuh utama memiliki tanggung jawab untuk mengawasi anak remaja mereka dengan komunikasi yang efektif. Membangun rasa saling percaya dan memberi tanggung jawab kepada anak remajanya. Mengarahkan pada bakat yang dimiliki dan minat yang disukai anak tersebut. Menerapkan komunikasi yang terbuka tanpa adanya perselisihan dan pertentangan antar pendapat. Orang tua juga harus mengenal lingkungan anak remajanya bergaul, teman dan guru di sekolahnya, dan lingkungan eksternal tempat anak remaja banyak menghabiskan waktu.
sumber : keluargamuslim.org

Dalam berhadapan dengan remaja, orang tua juga sebaiknya mengikutsertakan saudara kandung anak remaja yang lain, seperti kakak kandung dan sepupunya. Seperti ketika berhadapan dengan teman sebaya, guru yang sulit dan hal tabu seperti seks, saudara kandung bisa lebh berpengaruh dalam melakukan sosialisasi terhadap remaja dibandingkan orang tua. (Santrock, 2003).

Dalam perkembangannya yang mulai tidak tergantung dengan orang tua, remaja mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya atau peer group. Soetjiingsih (2004) menyatakan hubungan yang berlangsung buruk dengan kelompok sosial pada remaja dan penolakan dari teman sebaya dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Sebaliknya jika remaja dan kelompok pertemanannya dapat membangun konsep diri yang positif akan menjadikan kekuatan utama dalam diri remaja tersebut.

Sehingga dalam penerapan kehidupan di masa remaja, perilaku kontrol diri dan tanggung jawab serta perencanaan kehidupan selanjutnya sangat dibutuhkan bagi remaja yang sedang mencari jati dirinya. Disamping itu dukungan orang tua, saudara, lingkungan pertemanan sehari-hari sangat berpengaruh pada pencapaian tugas perkembangan remaja dan kesiapan remaja dalam menjalankan kehidupan di masa mendatang sesuai bakat dan minatnya.

Rizky Amalia
Mahasiswa Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen
Institut Pertanian Bogor
Bogor, 19 September 2016
19:47 WIB







Waktu Luang Anak, Cara Memanfaatkannya, dan Pihak yang Berperan

Waktu luang untuk Eksplorasi Alam
Setiap manusia memiliki waktu yang sama yaitu 24 jam. Manusia membagi waktu menjadi waktu kerja untuk mendapatkan sumberdaya lain, waktu domestik untuk mendapatkan kepuasan tinggal di dalam rumah, dan yang terakhir waku luang untuk beristirahat dan mengumpulkan energi untuk aktivitas selanjutnya. Begitupun anak-anak yang memiliki waktu produktif untuk bersekolah, waktu domestik untuk membantu kegiatan di rumah, dan menghabiskan banyak waktu luang.
Berdasarkan definisi teori waktu luang yaitu waktu luang sebagai aktivitas yaitu waktu yang berisikan berbagai macam kegiatan baik untuk beristirahat, menghibur diri sendiri, menambah pengetahuan serta menggunakan keterampilan secara objektif untuk meningkatkan keikutsertaan dalam bermasyarakat setelah melepaskan diri dari segala pekerjaan rutinnya, keluarga dan lingkungan sosial dan waktu luang sebagai relaksasi, hiburan, dan pengembangan diri.

Waktu luang untuk Olahraga
Diungkapkan oleh Soetarlinah Sukadji (Triatmoko, 2007) yang melihat arti istilah waktu luang dari 3 dimensi, yaitu:
a. Dilihat dari dimensi waktu, waktu luang dilihat sebagai waktu yang tidak digunakan untuk bekerja mencari nafkah, melaksanakan kewajiban, dan mempertahankan hidup.
b. Dari segi cara pengisian, waktu luang adalah waktu yang dapat diisi dengan kegiatan pilihan sendiri atau waktu yang digunakan dan dimanfaatkan sesuka hati.
c. Dari sisi fungsi, waktu luang adalah waktu yang dimanfaatkan sebagai sarana mengembangkan potensi, meningkatkan mutu pribadi, kegiatan terapeutik bagi yang mengalami gangguan emosi, sebagai selingan hiburan, sarana rekreasi, sebagai kompensasi pekerjaan yang kurang menyenangkan, atau sebagai kegiatan menghindari sesuatu. 
Waktu luang anak-anak yang tidak digunakan untuk kegiatan menambah pengetahuan, olahraga dan meningkatkan kemampuan diri adalah dengan kegiatan pasif. Proff Matt Sanders, seorang direktur Parenting and Family Support Centre di Queensland University mengatakan salah satu kegiatan pasif dalam mengisi waktu luang yaitu menonton televisi. 
Dalam artikel gaya hidup di laman republika.co.id, dari hasil penelitian yang diterbitkan dalam jurnal Pediatrics yang melibatkan 1.550 orang tua yang memiliki anak berusia 17 tahun atau kurang membuktikan bahwa kebiasaan anak-anak menonton televisi sangat dipengaruhi orangtuanya.  
Ekskul Nasyid


Peneliti secara khusus bertanya kepada para remaja tentang berapa banyak waktu yang mereka habiskan menonton televisi.  Ternyata rata-rata, orang tua menghabiskan sekitar empat jam sehari di depan layar televisi. Dan mereka yang menonton TV lebih dari empat jam, anak-anak mereka juga menonton untuk waktu yang sama. Selain itu peneliti juga menyimpulkan bahwa satu jam yang orangtua habiskan untuk menonton TV menambah setengah jam waktu anak menonton TV.
Mengikuti Kajian Agama
Lebih lanjut menurut Proff Matt Sanders dalam artikel berjudul “Berapa Durasi Anak Menonton Televisi Sehari?” , jika anak-anak menghabiskan waktu untuk menonton televisi, mereka akan kehilangan kesempatan untuk belajar melalui kegiatan interaktif. Karena itu, menyelesaikan PR, bermain di luar ruangan, berolahraga, dan membaca merupakan sederet aktivitas yang perlu dilakukan anak-anak. 

bergaul untuk menambah teman

Konvensi Hak Anak menyebutkan pada pasal 31 bahwa :

1. Negara-negara Pihak mengakui hak anak untuk beristirahat dan bersantai, untuk bermain dan turut serta dalam kegiatan rekreasi yang sesuai dengan usia anak yang bersangkutan, dan untuk berpartisipasi secara bebas dalam kehidupan budaya dan seni.
2. Negara-negara Pihak harus menghormati dan memajukan hak anak untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam kehidupan budaya dan seni, dan harus mendorong pengaturan yang layak dan kesempatan yang sama untuk kegiatan-kegiatan budaya, seni, rekreasi dan santai.

Waktu luang untuk Olahraga


Hak anak untuk beristirahat dan bersantai lebih banyak diisi dengan aktivitas pasif yaitu menonton televisi dibandingkan dengan melatih kemampuan diri untuk berpartisipasi dalam budaya dan kesenian. Masih belum banyak sekolah dasar dan menengah yang memiliki ekstrakurikuler yang bergerak di bidang seni, budaya dan olahraga, seperti tari tradisional, musik, seri peran, pencak silat, mengkaji kitab suci agama dan sebagainya. Kegiatan bahasa seperti tambahan belajar bahasa daerah, bahasa Indonesia dan bahasa asing yang meningkatkan kemampuan literasi anak-anak.  Pemerintah harus menghormati dan memajukan hak anak untuk berpartisipasi sepenuhnya dalam pemanfaatan waktu uang anak-anak di rumah maupun setelah sekolah.

Dalam Undang - Undang Perlindungan Anak No.35 Tahun 2014 Pasal 56 poin d, e, dan f, yaitu :
d. bebas berserikat dan berkumpul;
e. bebas beristirahat, bermain, berekreasi, berkreasi, dan berkarya seni budaya; dan
f. memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatan.

Ekstrakurikuler Marawis SMA Boedoet

Anak-anak memanfaatkan waktu luangnya untuk berkumpul dan membangun pertemanan sebaya maupun bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Dapat berkreasi menciptakan suatu karya dari permainan dan berkarya seni budaya. Anak-anak juga bebas memperoleh sarana bermain yang memenuhi syarat kesehatan dan keselamatannya.
Semua ini dapat terpenuhi apabila semua pihak ikut berkontribusi secara penuh dalam memenuhi hak anak. 

Dalam hal ini pihak yang berperan penting dalam meningkatkan penggunaan waktu luang anak-anak baik di rumah maupun sekolah yaitu :
1. Pengasuh utama anak, yaitu orang tua bertanggung jawab dalam mengawasi anak-anak dalam menggunakan waktu luang. Jika anak hanya memanfaatkan hiburan berupa televisi, orangtua memiliki kewajiban dalam mengawasi tayangan yang dilihat oleh anak. Orang tua juga berkewajiban untuk memberi aturan dan lama durasi anak dalam melihat tayangan yang menjadi hiburan. Orang tua wajib mengingatkan anak untuk menyelesaikan tugas utamanya terlebih dahulu yaitu belajar, mengerjakan tugas, mengikuti les, mengaji dan membantu orangtua.
2. Pemerintah memiliki peran penting dalam pengawasan tayangan yang pantas dilihat anak-anak di televisi dan memberi edukasi. Pemerintah juga wajib menyusun peraturan pengadaan ekstrakurikuler sejak sekolah dasar yang mampu meningkatkan kemampuan seni budaya dan kemampuan fisik serta kognitif lainnya.
3. Guru dan kepala sekolah berperan dalam memantau kegiatan murid di sekolah ketika waktu luang yaitu istirahat. Menyediakan sarana berolahraga, bermain dan mengebangkan diri bagi murid sesuai minat masing-masing.
4. Lingkungan tempat anak tinggal termasuk teman, tetangga, RT, RW dan sekitarnya yang mampu memberikan pengawasan dan akses dalam meningkatkan kualitas waktu luang anak-anak. Dengan program yang dapat dibentuk dan disetujui bersama-sama sehingga pencapaian tujuan mudah terlaksana. Contohnya dengan adanya perpustakaan keliling, taman baca, taman ramah anak, pengajian pagi atau sore di masjid, lomba-lomba, belajar bersama dan sebagainya.

Semoga tulisan ini dapat dimanfaatkan, baik ilmunya ataupun pelaksanaannya. :)
Keterangan gambar diambil dari dokumentasi kegiatan siswa siswi Boedoet ekstrakurikuler Rohis SMA Negeri 1 Jakarta

PUSTAKA :

Anonim. TT. ” Berapa Durasi Ideal Anak Nonton TV Sehari?”. 14 September 2016. Diunduh

Rezkisari, Indira. 2016. “Orang Tua Jadi Penyebab Anak Banyak Menonton TV”. 14 September 2016.

[United Nations Child and Emrgency Fund] Konvensi Hak Anak

[UU] Undang-undang Perlindungan Anak No. 35 Tahun 2014

Teater Giga, Gambaran Masyarakat Indonesia dan Inspirasi di Dalamnya


 

GKKI


 Juli lalu, aku menghadiri acara dari Penggiat Keluarga Indonesia atau GIGA dalam acara Gerakan Kebaikan Keluarga Indonesia. Nah tapi sebagai penampil, bukan tamu. Hehehe
Tampil sebagai bagian dari teater ini menyisakan pengalaman luar biasa. Nah kita bahas satu-satu yaa.

Sebulan sebelumnya, waktu itu selesai jam mata kuliah Perkembangan Keluarga, Prof Euis Sunarti tanya “ada yang bisa bantu saya untuk ikut tampil di acara Giga? Untuk menjadi pemain teater, musik, dan lainnya.” Waaah saya tertarik dan langsung maju ke depan bareng Dika. Ceritanya waktu itu Dika yang jadi koordinator teater. Tapi akhirnya yang memback-up kami adalah UKM Lingkungan Seni Sunda Gentra Kaheman. Yeay UKM ku.
Para pemain yang dari mahasiswi dept IKK 51 aku, Dini, Fathonah, Dwi, dan Suci. Lainnya adalah dari Gentra Kaheman, dan anak-anak sekitar kampus serta dari Sanggar Barudak Bageur (SBB).
Latihan dilakukan hampir tiap hari, dimana saat itu lagi puasa ramadhan dan ujian akhir semester. Kebayang gak gimana perjuangannya? Hehe biasa aja sih.
Reza, Dwi, Delon, Kiky sehabis latihan.
Memotong liburan panjang semester genap untuk istirahat saja sudah biasa. Tapi mengikuti banyak kegiatan bermanfaat baru luar biasa.
Dari pembagian peran, aku berperan sebagai seorang ibu yang punya dua anak (yaa seperti program KB lah, 2 anak cukup). Nah ternyata disamping harus hafal naskah dan blocking, kita para pemeran juga jadi penyanyi hahaha. Lagu yang ikut kita nyanyikan yaitu lagu Keluarga Cemara. Tau gak? Generasi 90n pasti tau. Gini nih sepenggal liriknya




Gazebo berantakan yang jadi latar teater
Harta yang paling berharga adalah keluarga
Mutiara paling indah adalah keluarga
Puisi yang paling bermakna adalah keluarga
Istana yang paling indah adalah keluarga
Selamat pagi  emak
Selamat pagi  abah
Mentari hari ini berseri indah
Terima kasih emak
Terima kasih abah
Untuk tampil berbakti bagi kami
                             Putra putri yang siap berbakti

Indah ya liriknya, menggambarkan keluarga sederhana yang harmonis. Nah drama yang kita tampilkan juga gak kalah harmonis. Berlatar sebuah lahan kosong di suatu perkmpungan. Lahan tersebut kotor karena menjadi tempat pembuangan sampah warga dan terbiasa menjadi tempat judi. Bahkan pedagang yang jualan disana juga tak laku karena tempatnya tidak layak.
diatas panggung acara GKKI
Suatu hari, ada empat orang pemuda yang baru saja lulus kuliah dan mereka kembali ke desanya untuk mengabdi. Mereka berhenti dan terpana melihat fenomena kampung mereka. Lingkungan kotor, tak terawat, ibu-ibu memarahi anaknya, banyak pemain judi. Aah membuat resah deh pokoknya. Terbersit suatu ide untuk mengubah kampungnya dari hal yang paling kecil dan yang bisa diwujudkan. Hmm bukan sekedar wacana gitu deh. Dari obrolan panjang mereka menemukan ide untuk mengubah lahan kosong tadi menjadi sebuah taman bernama “Taman Keluarga Kita”.
                Di “Taman Keluarga Kita” ini akan dibuat gazebo untuk sarana warga berkomunikasi, membangun pertetanggan, didalamnya dilengkapi lemari berisi buku-buku agar anak-anak bisa membaca dan belajar juga. Di bawah gazebo ditaruh sebuah kotak yang dinamakan “Kotak Peduli dan Berbagi” jadi warga dapat menyimpan barang berguna yang sudah tidak dipakai dan warga lain yang membutuhkan boleh mengambilnya. Nah disana juga akan banyak tanaman kecil dan pohon besar untuk memperindah pandangan. Selain itu juga akan dibuat jalur refleksi agar warga juga bisa berolahraga disana. Oh iya, ada juga beberapa bangku taman. Lengkap deeh.

Sebenarnya jalan cerita dari drama ini menggmbarkan kehidupan sehari-hari masyarakat di Indonesia. Dimana di zaman modern seperti ini, masyarakat menjadi lebih individualis dan kurang dekat dengan lingkungan sekitar. Maka dari itu, pengadaan taman d setiap lingkungan minimal Rukun Warga penting juga.
Dari sini terbuka gambaran bahwa untuk mendekatkan masyarakat sekitar, membangun pertetanggaan, membina hubungan baik antar warga perlu adanya faslitas yang dibutuhkan warga, baik dari kalangan anak hingga lansia.

Lanjut yuuuk.
Dari seringnya kami latihan bersama setiap hari, munculah rasa kekeluargaan kami. Mengenal antar angkatan, pelatih dan pemain, prof Euis dan penapil. Semuanya terlibat. Kalo kata Prof Euis “semua merasa memiliki acara ini” ya seperti itulah.
Jika dalam sebuah acara biasanya yang kita dapat apasih menurut kamu? Menambah teman, menambah jaringan, menambah pengalaman, menambah cerita. Oke baik, selain itu menurutku yang terpenting adalah kontribusi diri kita dalam suatu acara. Bagaimana kita menentukan prioritas. Bagaimana kita membagi waktu pribadi, keluarga, acara, organisasi, teman, dan sebagainya. Seperti itu.
Dan yang paling penting adalah mengaitkan semua aktivitasmu
tergantung bagaimana prinsip hidupmu.
Kalau aku, “dimana pun aku berada, disitulah diriku bermanfaat” naah dalam kegiatan ini, aku merasa diriku dapat bermanfaat bagi sekitarku, baik saat latihan, saat  persiapan, acara pun setelahnya.

Berperan sebagai seorang Ibu, menjadikan aku mengenal banyak anak-anak pemain teater ini. Mengenal namanya, wajahnya, lingkungan rumahnya, orangtuanya, sikapnya dan keceriaannya.
Sebagian besar pemain anak-anak bertempat tinggal di belakang kampus, tepatnya di Babakan Lio, sisanya empat orang dari SBB dan seorang lagi bernama Ninis yang berperan sebagai Naura. Ninis lebih tepatnya sebagai penyanyi dalam teater ini.
Berbicara mengenai perilaku anak-anak sangat bervariasi. Misalnya, ketika ada properti yang semestinya digunakan dalam teater seperti angklung, sapu, dagangan, keranjang, dan lainnya. Oleh mereka dibuat mainan. Yah namanya juga anak-anak. Tapi dari anak-anak tersebut, ada juga yang mengerti dan paham ketika diberitahu kalau itu adalah properti dan jangan dimainin yaa. Karena kalau rusak sulit lagi mencarina. Dan mereka menurut. Ada lagi yang ketika dibilang seperti itu malah mengambek, nangis, marah. Yah mau gimana akhirnya diberikan. Anak-anak tergadang memang sulit dimengerti, ketika yang satu aktif bergerak kesana kemari, minta di gendong padahal perempuan sudah kelas lima dan yang lain duduk rapi melihat jalannya latihan. Ada anak-anak yang ketika ditawari makanan ringan bermecin (sebut saja ciki-ciki) tidak mau dan lebih memilih kue, dan ada juga yang dengan semangat berebut menghabiskan ciki-ciki itu.
Dari sini bisa kita lihat perbedaannya bahwa perilaku dan sikap anak tergantung dari pengasuhan orangtua, lingkungan rumah, teman bermain, status sosial masyarakat lingkungan rumahnya, dan sebagainya.
Dan pelajaran bagiku, ketika nanti bertanggung jawab dalam membimbing anak, aku harus melakukan hal terbaik, aku akan terus belajar tidak hanya sebagai pengasuh, tetapi juga sahabat dekat bagi anak-anakku.
Agar aku tahu apa yang mereka tahu, mau, dan bisa diperbuat. Agar aku bisa mendorongnya dalam kebaikan. Agar aku tau mana yang sedang trend pada masanya dan tidak melarangnya  selagi dalam aturan yang berlaku.

Ada satu lagi yang dapat aku teladani dari sosok Prof. Euis. Dimana dalam pelaksanaan kegiatan ini, ia sebagai ketua pelaksana memantau langsung setiap bagian. Dari teater, musik, vokal, slide yang ditampilkan, undangan, ruangan, undangan, keseluruhannya. Bagaimana ia selalu melakukan dengan sungguh-sungguh dan mendetail.
Dan yang pasti, ketika kita telah melakukan rencana baik kita dengan sungguh-sungguh, maka tunggulah pertolongan Allah di dalamnya.

Menurutku cukup tulisan kali ini, dan semoga bermanfaat serta menginspirasi : )