Masa
remaja adalah masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa
dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada
usia akhir belasan atau awal dua puluhan. Sebagai masa peralihan dari anak-anak
menuju dewasa, banyak perubahan pada diri remaja. Oleh karena itu, remaja harus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya sebagaimana seperti yang dikatakan
Sumarwi Astuti (2008) manusia di masa remaja dituntut harus dapat menyesuaikan
diri terhadap lingkungan sosial mulai dari lingkungan keluarga, teman, sekolah dan
masyarakat.
Salah
satu ciri remaja menurut Hurlock (1992) yaitu memiliki status yang belum jelas
karena sudah tidak dianggap anak-anak tetapi juga bukan seorang dewasa. Masa remaja juga dalam masa perubahan
emosi, fisik, minat, nilai yang dianut, keinginan dan kebebasan. Selain itu,
masa pencarian identitas diri untuk menjelaskan siapa dirinya sesungguhnya.
Ditingkat
nasional, yang sangat mengejutkan, sebagaimana hasil release penelitan yang dikemukakan oleh bkkbn online, sekarang
ini setiap hari ada seratus remaja yang melakukan aborsi karena kehamilan di
luar nikah. Jika dihitung per tahun, 36000 janin dibunuh oleh remaja dari
rahimnya. Ini menunjukkan pergaulan seks bebas di kalangan remaja Indonesia
saat ini, sangatlah memprihatinkan.
Remaja yang termasuk dalam pelaku kenakalan remaja menampilkan diri bahwa mereka sedang mencari jati diri dan merasa menemukan diri mereka sesungguhnya. Padahal sebenarnya mereka sedang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas ini menurut Erikson (1968) ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri. Akibatnya ia pesimis untuk menghadapi masa depannya.
Kontrol
diri diartikan sebagai
salah satu mekanisme yang dapat mengatur serta mengarahkan individu tersebut
dalam berperilaku, bagaimana bentuk perilaku tersebut membawa ke arah yang
positif atau sebaiknya membawa ke perilaku negatif. Kontrol diri juga merupakan membatasi diri dari
kepuasan sesaat. Membatasi diri dapi perbuatan yang melanggar norma dan nilai.
Kontrol diri juga mengarahkan agar manusia bisa memikirkan berulang-ulang
perilaku yang akan ia lakukan.
sumber : republika.co.id |
Masa remaja juga rawan mengalami permasalahan
psikologis dan sosiologis. Seperti yang diungkapkan Potter dan Perry (2009) ketakutan
pada remaja berpusat pada penerimaan kelompok sebaya, perubahan tubuh, hilangnya
pengendalian diri, dan munculnya dorongan seksual. Adanya kelainan yang nyata
dan tidaknya menyebabkan remaja merasakan kekhawatiran yang terus menerus. Dan
ketakutan yang timbul menyebabkan remaja cenderung berperilaku kurang baik. Perilaku
tersebut seperti mencoba perilaku yang dapat menganggap atau menggambarkan
bahwa mereka telah menyerupai orang dewasa agar diterima tema sebayanya,
seperti merokok, minum alkohol, berkelahi, menggunakan obat terlarang sampai
pada perilaku seks.
Sedangkan bagian dari perilaku menyimpang pada
remaja yaitu kenakalan remaja. Menurut Santrock (2002) menyatakan kenakalan
remaja mengacu pada suatu rentang perilaku yang tidak dapat diterima secara
sosial, pelanggaran, hingga tindakan-tindakan kriminal. Kenakalan remaja salah
satunya digambarkan sebagai kegagalan remaja untuk mengembangkan kontrol diri
yang cukup dalam berperilaku.
Kenakalan
remaja merupakan perilaku yang tidak sesuai dengan norma agama, sosial, dan
nilai-nilai yang berlaku dan diterima masyarakat. Remaja yang melakukan
perbuatan yang termasuk dalam kenakalan remaja ini menjadi permasalahan sosial
di masyarakat sehingga dapat menyebabkan rusaknya masa depan baik dirinya
sendiri, keluarganya, lingkungan sekitar bahkan merusak masa depan bangsa.
Soetjiningsih (2004) telah membagi permasalahan remaja menjadi tujuh kategori,
yaitu: (1) terganggunya nutrisi, (2) penggunaan obat terlarang, (3)
terganggunya kesehatan jiwa, (4) masalah kesehatan gigi, (5) penyakit yang
terkait dengan lingkungan bersih, (6) gangguan kesehatan karena hubungan seks,
dan (7) trauma fisik dan psikis karena sebagai korban kekerasan.
Permasalahan
besar yang muncul akibat perilaku menyimpang ini, salah satunya adalah
kehamilan di usia remaja. Kehamilan di usia remaja disebabkan oleh salah
satunya perilaku seks sebelum menikah. Ini mencerminkan perilaku seks yang
dilakukan ketika belum ada kesiapan fisik, mental, dan tanggung jawab atas
resiko yang ditimbulkan oleh pasangan muda. Belum siap mengandung, melahirkan,
dan merawat bayi bagi remaja perempuan. Begitupun dengan remaja lelaki yang
juga belum siap dalam mencari nafkah, dan menghidupi keluarga. Menurut data Pusat Studi
Kriminologi Universitas Islam Indonesia di Yogyakarta menemukan 26,35 persen
dari 846 peristiwa pernikahan telah melakukan hubungan seksual sebelum menikah
di mana 50 persen di antaranya menyebabkan kehamilan.
sumber : kepri.bnn.co.id |
Kenakalan
ramaja lainnya adalah penyalahgunaan narkoba psikotropika dan zat adiktif
lainnya. Setiap tahun jumlah pengguna narkotika selalu meningkat mulai dari
anak-anak sampai orang dewasa. Jumlah remaja pelajar dan mahasiswa yang
menggunakan obat terlarang menurut data Badan Narkotika Nasional sebanyak
1.037.682. jumlah tersebut merupakan 32 persen dari jumlah pengguna narkotika
keseluruhan pada tahun 2012. Remaja yang menyalahgunakan narkotika awalnya
didasari oleh rasa ingin tahu yang besar dan harapan agar diterima dalam
kelompoknya. Sebelumnya mereka telah mengonsumsi rokok dan meminum minuman
keras. Berikutnya , narkotika menjadi tantangan yang dirasa mesti “dicoba” oleh
pelaku kenakalan remaja.
Remaja yang termasuk dalam pelaku kenakalan remaja menampilkan diri bahwa mereka sedang mencari jati diri dan merasa menemukan diri mereka sesungguhnya. Padahal sebenarnya mereka sedang mengalami kebingungan identitas. Kebingungan identitas ini menurut Erikson (1968) ditandai dengan adanya perasaan tidak mampu, tidak berdaya, penurunan harga diri, dan tidak percaya diri. Akibatnya ia pesimis untuk menghadapi masa depannya.
Setiap
permasalahan pasti memiliki jalan keluar. Begitupun dengan permasalahan
kenakalan remaja di sekitar kita ini. Dari mulai diri remaja tersebut, anggota keluarga,
masyarakat sampai lembaga terkait dan pemerintah berperan penting dalam
mewujudkan masa remaja yang gemilang. Masa remaja yang diisi dengan pencarian
jati diri menurut minat dan bakat. Penemuan identitas diri secara positif. Dan
menjadikan masa remaja sebagai masa melatih untuk kontrol diri.
sumber : helobogor.com |
Remaja
yang sudah belajar dan menerapkan kontrol diri selanjutkan akan menjadi remaja yang dapat mencapai tugas
perkembangan hidupnya. Gunarsa D (2003) menyatakan tugas perkembangan masa
remaja adalah memperluas hubungan pribadi, berkomunikasi secara lebih dewasa,
memperoleh peranan sosial di keluarga maupun masyarakat, menerima kondisi
fisiknya, memperoleh kebebasan emosional dari sekitarnya, mencapai kepastian
akan kebebasan dan kemampuan berdiri sendiri, memilih dan mempersiapkan lapangan
pekerjaan, membentuk sistem nilai moral dan falsafah hidup.
Dimana
saat masa remaja, manusia cenderung menginginkan kemandirian dan kebebasan
dalam mengeksplor potensi diri. Saat itu juga ketergantungannya terhadap orang
tua mulai berkurang. Maka dari itu, orang tua sebagai pengasuh utama memiliki
tanggung jawab untuk mengawasi anak remaja mereka dengan komunikasi yang
efektif. Membangun rasa saling percaya dan memberi tanggung jawab kepada anak
remajanya. Mengarahkan pada bakat yang dimiliki dan minat yang disukai anak
tersebut. Menerapkan komunikasi yang terbuka tanpa adanya perselisihan dan
pertentangan antar pendapat. Orang tua juga harus mengenal lingkungan anak
remajanya bergaul, teman dan guru di sekolahnya, dan lingkungan eksternal
tempat anak remaja banyak menghabiskan waktu.
sumber : keluargamuslim.org |
Dalam
berhadapan dengan remaja, orang tua juga sebaiknya mengikutsertakan saudara
kandung anak remaja yang lain, seperti kakak kandung dan sepupunya. Seperti
ketika berhadapan dengan teman sebaya, guru yang sulit dan hal tabu seperti
seks, saudara kandung bisa lebh berpengaruh dalam melakukan sosialisasi
terhadap remaja dibandingkan orang tua. (Santrock, 2003).
Dalam
perkembangannya yang mulai tidak tergantung dengan orang tua, remaja
mengembangkan hubungan dengan teman sebayanya atau peer group. Soetjiingsih (2004) menyatakan hubungan yang
berlangsung buruk dengan kelompok sosial pada remaja dan penolakan dari teman
sebaya dapat menyebabkan remaja mengalami depresi. Sebaliknya jika remaja dan
kelompok pertemanannya dapat membangun konsep diri yang positif akan menjadikan
kekuatan utama dalam diri remaja tersebut.
Sehingga
dalam penerapan kehidupan di masa remaja, perilaku kontrol diri dan tanggung
jawab serta perencanaan kehidupan selanjutnya sangat dibutuhkan bagi remaja yang
sedang mencari jati dirinya. Disamping itu dukungan orang tua, saudara,
lingkungan pertemanan sehari-hari sangat berpengaruh pada pencapaian tugas
perkembangan remaja dan kesiapan remaja dalam menjalankan kehidupan di masa
mendatang sesuai bakat dan minatnya.
Rizky
Amalia
Mahasiswa
Dept. Ilmu Keluarga dan Konsumen
Institut
Pertanian Bogor
Bogor,
19 September 2016
19:47
WIB